MUHAMMAD NAUFAL FADHIL, S.Ars., M.Arch., Dosen dan Peneliti Bidang Arsitektur pada Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, melaporkan dari New Delhi, India
Dua orang dosen Program Studi Desain Interior Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh menjadi perwakilan Indonesia dalam Indian Technical and Economic Cooperation (ITEC) Programme dengan Topik āHousing the Urban Poor-Policy, Planning and Implementationā Indian Experience di Human Settlement Management Institute (HSMI) Housing and Urban Development Corporation (HUDCO), New Delhi, India.
Kedua dosen tersebut adalah Muhammad Naufal Fadhil SArs, MArch dan Aji Sofiana Putri ST, MArch. Program pelatihan yang berlangsung selama tiga minggu ini ditujukan untuk arsitek, perencana kota, pendidik desain, ilmuwan sosial, profesional keuangan, dan insinyur dari negara-negara berkembang yang berperan langsung dalam perancangan dan pengembangan kebijakan perumahan.
Kedua peserta dari ISBI Aceh telah melakukan persiapan mengikuti kursus ini selama lebih dari satu bulan. Dimulai dari pendaftaran kursus, surat izin dan rekomendasi, surat penerimaan, hingga visa India dengan bantuan Konsulat Jenderal India di Medan dan Kantor Urusan Internasional ISBI Aceh.
ITEC program yang dilaksanakan oleh HSMI dimulai pada 4 Desember 2023. Sehari sebelumnya, peserta dari ISBI Aceh dan 15 negara lainnya tiba di India serta dijemput langsung oleh pihak penyelenggara di Bandara Internasional Indira Gandhi New Delhi.
Selain Indonesia, peserta mancanegara lainnya berasal dari Albania, Argentina, Burundi, Pantai Gading, Ethiopia, Jamaica, Lesotho, Maladewa, Nigeria, Sudan Selatan, Sri Lanka, Suriah, Tajikistan, Tanzania, dan Zimbabwe.
Seluruh peserta menginap dan melakukan aktivitas sehari-hari di Hostel HSMI. Menariknya, Hostel HSMI ini terletak di tengah-tengah Kompleks Atlet Asian Games India 1982. Kompleks ini cukup kondusif untuk kegiatan training karena dikelilingi hutan kota yang hijau, jalanan yang lengang, dan bangunan yang tertata rapi.
Training yang diadakan oleh HSMI HUDCO ini menggabungkan berbagai metode seperti ceramah kelas, diskusi kelompok, presentasi profil, dan kondisi perumahan di seluruh negara peserta.
Pelatihan ini dikomandoi oleh pelatih-pelatih senior di bidang perumahan, tata kota, arsitektur, serta ilmu-ilmu sosial, yang berasal dari HSMI HUDCO, seperti Ms Varsha Punhani, Mr Surendra Singhai, dan Mr Jeevan Singh Sahota.
Salah satu materi yang banyak didiskusikan selama training adalah Program Pradhan Mantri Awas Yojana-Urban (PMAY-U), yaitu program bantuan perumahan Pemerintah India melalui Kementerian Perumahan dan Urusan Perkotaan (MoHUA) yang telah dimulai sejak Juni 2015. Melalui beberapa āfield tripā di dalam Kota New Delhi dan lintas āstateā, peserta diajak untuk belajar berbagai skema bantuan PMAY-U.
āField tripā pertama mengunjungi Rumah Susun Kalkaji. Rumah susun ini diperuntukkan bagi masyarakat ekonomi lemah (economic weaker section) dan masyarakat berpenghasilan rendah (low-income group), dua kelompok masyarakat yang menjadi sasaran utama program PMAY-U.
Menariknya, program rumah susun PMAY-U di Kalkaji mengangkat skema āin-situ slum rehabilitationā. Skema ini merupakan pembangunan perumahan dan rehabilitasi lingkungan kumuh pada lokasi yang sama. Sehingga masyarakat berpenghasilan rendah yang terdampak oleh proyek ini tetap dapat beraktivitas di tempat tinggal lama mereka dan bekerja di lokasi yang sama. Selama proyek konstruksi berlangsung, penduduk yang sebelumnya menghuni lokasi kumuh tersebut dipindahkan sementara ke aset perumahan pemerintah atau barak pengungsian di sekitar proyek pembangunan rumah susun.
Kunjungan proyek pembangunan perumahan lainnya kami lakukan di Agra, empat jam perjalanan dari ibu kota New Delhi. Di kota tempat Taj Mahal berada ini, kami mengunjungi Sikandra In-situ Slum Rehabilitation Project. Berbeda dengan proyek Kalkaji di New Delhi, bantuan perumahan skema PMAY-U di Agra berupa rumah tapak (landed house). Rumah-rumah yang dibangun secara berderet dua lantai, berukuran 70 meter persegi, terdiri atas tiga kamar tidur, dua toilet, dapur, serta ruang utama.
Jalan di depan perumahan juga dilebarkan menjadi 3 meter, dari yang sebelumnya 1 meter. Hal ini memungkinkan mobil ambulans dan pemadam kebakaran untuk masuk ke dalam perkampungan, serta mengakomodasi aktivitas sosial dan budaya masyarakat di Kampung Sikandra tersebut.